Bali International Field School for Subak 2021

Bali International Field School for Subak 2021

Generasi Muda dan Pelestarian Subak

Desa Selat, 13 Desember 2021. Dikelilingi pepohonan hijau dan asrinya Desa Selat di kaki Gunung Agung, sekelompok anak muda bergantian memaparkan pemikiran dan terobosan terkait upaya pelestarian Subak, sebuah pusaka saujana (cultural landscape) Indonesia dan salah satu yang telah diakui sebagai pusaka dunia (World Heritage). Muda-mudi ini adalah peserta Bali International Field School for Subak (BIFSS), sekolah lapangan pelestarian Subak yang dikelola oleh Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) bersama mitra lokal Yayasan Bali Kuna Santi sejak tahun 2015.

BIFSS di tahun 2021 ini mengambil tema “The Role of Youth in Building Sustainable and Resilient Subak / Peran Generasi Muda dalam Kelestarian Subak”, dengan tujuan menjadi wadah dan kesempatan para generasi muda menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi Subak. Sehubungan dengan kondisi pembatasan sosial oleh karena Covid-19, BIFSS 2021 ini dilaksanakan secara luring terbatas dengan peserta mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi lokal di Bali dan profesional dari berbagai ilmu yang tertarik pada kelestarian Subak, serta sistem daring di puncak acara untuk berbagi hasil sekolah lapangan ini ke khalayak umum.

Bekerjasama dengan dosen dan mahasiswa dari Universitas Warmadewa, acara yang dibuka pada 11 Desember 2021 ini dibuka dengan pengantar dari perwakilan BPPI, Universitas Warmadewa, dan Yayasan Bali Kuna Santi di Wantilan Jero Tumbuk, Desa Selat. Kemudian para peserta mendapatkan pembekalan dari para pakar subak dan pelestarian seperti Prof. Wayan Windia, Dr. Gede Sedana, Dr. Agus Kurniawan, Kadek Windy Candrayana ST. MT, Erick Triswandana ST. MT, dan Ir. Cok Agung Yujana MT. Berbagai aspek dan perspektif dalam Subak dan pelestariannya yang diturunkan para pakar ini diolah dan disarikan oleh para peserta muda dalam pemetaan potensi Subak di Desa Selat, baik fisik maupun non-fisik.

Hari kedua BIFSS diisi dengan kegiatan di lapangan yakni kunjungan menjelajahi beberapa aspek Desa Selat terkait Subak seperti persawahan, sumber air, saluran irigasi, Pura Subak dan Pura Desa, juga berdialog dengan petani dan pengurus Subak Selat. Berbekal semua itu, para peserta yang dibagi menjadi tiga kelompok: Kelompok Traktor, Kelompok Arit, dan Kelompok Cangkul menyiapkan pemetaan Subak dan menyusun video untuk kampanye Subak.

Hari terakhir jatuh pada 13 Desember 2021, dibuka dengan penyambutan kehadiran Bupati Karangasem dan Apresiasi Seni Budaya Bali oleh para seniman lokal di Jero Tumbuk. Puncak acaranya, para peserta memaparkan hasil observasi dan gagasan yang mereka capai dalam seluruh rangkaian sekolah lapangan di hadapan para pemangku kepentingan yang hadir di lokasi, dan juga hadirin yang hadir di ruang virtual zoom. Kelompok Cangkul yang terdiri dari profesional dari berbagai latar belakang memaparkan pemetaan potensi pusaka budaya (cultural mapping) terkait Subak di Desa Selat, dan juga observasi sumber daya budaya seperti berbagai macam profesi di area Desa Selat, aspek ritual dan tradisi masyarakat dan kaitannya dengan sejarah Desa Selat. Kelompok ini mengusulkan sebuah program cultural mapping komprehensif dengan fokus generasi muda untuk dapat menghasilkan sebuah peta yang ke depannya bisa menjadi acuan untuk mengembangkan potensi Desa Selat. Sementara Kelompok Traktor dan Arit yang mayoritas terdiri dari mahasiswa Teknik Sipil memaparkan hasil pemetaan batasan fisik Subak, juga hasil observasi infrastruktur baik tradisional maupun modern. Mereka juga mengidentifikasi masalah-masalah termasuk sampah penyumbat irigasi dan perlunya perbaikan infrastruktur seperti akses jalan, dan mengusulkan beberapa gagasan pemecahannya seperti bank sampah dan kerjasama dengan pemerintah lokal untuk perbaikan infrastruktur.  

Sekolah lapangan Subak berakhir dengan kesadaran dari semua pihak bahwa meskipun Subak di Desa Selat saat ini terbilang masih dalam batas ‘aman’, namun bila masalah-masalah yang mulai terlihat ini tidak segera ditangani, bukan tak mungkin Subak di Desa Selat pun bisa terancam eksistensinya sebagaimana di daerah lain. Mulai dari pemahaman, penyadartahuan, dan akhirnya aksi nyata dari semua pihak antar generasi diperlukan untuk memastikan pelestarian pusaka budaya dunia yang sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *