Pemugaran Makam Imogiri

Pemugaran Makam Imogiri

“Penyelamatan pusaka paska bencana tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tapi masyarakat dapat berperanserta.” – HSD

Gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 meluluh lantakkan sebagian besar bangunan di kompleks Pajimatan Imogiri yang berada di atas bukit pada ketinggian 85-100 m di atas permukaan laut. Kerusakan pada kompleks makam Imogiri sangat bervariasi, ada kerusakan struktur seperti tanah yang melesak atau merekah. Kerusakan lainnya berupa rubuh atau runtuh total dan runtuh sebagian. Kerusakan yang paling ringan adalah kerusakan pada bangsal-bangsal,
biasanya mengalami deformasi (miring), cungkup makam yang rubuh sebagian sehingga atapnya rontok, dindingnya miring dan mengelupas dan nisan-nisan yang pecah.

Kompleks makam Pajimatan Imogoro didirikan pada abad 17 M. Karena itu makam ini tidak dapat dipisahkann dari Kerajaan Mataram Islam yang berdiri tahun 1601 di wilayah Kota Gede. Raja pertama kerajaan itu adalah Ki Ageng Pemanahan kemudian bergelar Ki Ageng Mataram. R.M. Jatmiko atau Pangeran Rangsang yang kemudian terkenal dengan sebutan Sultan Agung pada 1632-1645 M mulai membangun pemakaman kerajaan di Bukit Merak dan diberi nama Imogiri. Sultan Agung yang wafat pada 1646 M, merupakan raja pertama yang dimakamkan di pemakaman Imogiri ini.

YAD ketika masih bernama YKHD memberikan dukungan untuk pemugaran tahap I pada Kedhaton/Astana Besiyaran, Kedhaton/Astana Pakubuwanan dan Kedhaton/Astana Saptorenggo. Sementara di kompleks yang sama tetapi di sisi yang berbeda juga dilakukan pemugaran pada sebagian Kedhaton/Astana Kasuwargan dan Sultan Agungan oleh Dinas kebudayaan Provinsi DI Yogyakarta.